Pemeriksaan Anti Mullerian Hormon (AMH) merupakan salah satu jenis pemeriksaan untuk mengukur cadangan ovarium yang berperan penting dalam menentukan prognosis kemampuan reproduksi wanita dan dengan adanya AMH dapat memprediksi respon ovarium khusunya dalam program In vitro Fertilization (IVF). Salah satu kelebihan dari AMH dibanding FSH, estradiol,dan inhibin B adalah AMH tidak berpengaruh signifikan pada siklus menstruasi serta dapat dipercaya sebagai hormon penanda lebih dini dan tercepat dalam mengukur cadangan ovarium pada pertambahan usia wanita. Pengukuran AMH
dapat menggantikan FSH dalam menentukan pemeriksaan awal cadangan ovarium.12
Ekspresi AMH dalam folikel antral
pra-antral dan kecil terutama kontribusi untuk tingkat serum selama kehidupan
reproduksi dan jumlah folikel antral (AFC), yang juga berfungsi sebagai penanda
cadangan ovarium sangat berkorelasi dengan tingkat serum AMH. Tingkat AMH tidak
berubah selama kehamilan dan tetap stabil selama pemberian kontrasepsi oral.14
a.
Anti Mullerian Hormon
(AMH) sebagai indikator penuaan reproduksi
wanita
Sesuai dengan bertambahnya usia,
terjadi penurunan bertahap dalam kuantitas dan kualitas oosit yang berada dalam
folikel, disertai dengan penurunan konsentrasi kadar AMH. Kadar AMH berkorelasi
kuat dengan AFC dan dapat memprediksi jumlah oosit dari usia wanita dan sebagai
penanda hormon lain seperti FSH dan Estradiol. Pada suatu studi di Amerika
Serikat pada tahun 2010, menghasilkan kesimpulan yaitu, wanita antara 25 dan 35
tahun, penurunan rata-rata nilai AMH serum yang ditunjukkan pada gambar 14 adalah
1,4 pmol / L (0,2 ng / mL) per tahun, sedangkan setelah usia 35, penurunan
rata-rata tahunan adalah 0,7 pmol / L ( 0,1 ng / mL). Tingkat penurunan nilai
rata-rata AMH adalah 1,4 pmol / L (0,2 ng / mL) per tahun sampai usia 40 dan
berkurang menjadi 0,7 pmol / L (0,1 ng / mL) per tahun sesudahnya.20
Ketika total jumlah oosit mencapai
sekitar 25.000 pada perempuan yang kondisi fisiologis menurun, dan berumur
sekitar 38 tahun ke atas, jumlah oosit menurun
hingga beberapa ratus karena AMH
secara fungsional berhubungan dengan rekrutmen awal yang memicu perkembangan
folikel primer dan kemungkinan berhubungan dengan seleksi folikel dominan. Kadar
AMH serum memberikan informasi baru dan berguna pada pasien-pasien dengan
fungsi ovarium yang abnormal, misalnya pada keadaan anovulasi atau kegagalan
ovarium prematur.21
Gambar 14. Hubungan antara kadar AMH dengan umur dan
penuaan fungsi reproduksi ovarium19
c. Anti Mullerian Hormon (AMH) sebagai
prediksi Sindroma ovarium polikistik
(PCOS)
Polycystic Ovary
Syndrome (PCOS) merupakan sekumpulan
keadaan atau gejala yang kompleks, dan sering terjadi pada wanita usia muda
atau usia produktif. Sekitar 5-10 % wanita usia produktif diperkirakan
mengalami PCOS, bahkan sekitar 26% remaja putri berusia 15 tahun pun
diperkirakan mengalami sindroma ini. PCOS didefinisikan sebagai keadaan yang
ditandai dengan gangguan metabolik, anovulasi kronik dan hiperandrogenisme.22
Sindroma berarti
sekumpulan keadaan atau gejala, pada PCOS dapat dibagi menjadi 3 penyebab kelainan
baik dari faktor luar ovarium dan faktor dalam ovarium seperti diperlihatkan
gambar 15, yaitu kelainan klinis, endokrin (hormonal) dan metabolik. Kelainan
klinis yang muncul adalah siklus menstruasi tidak teratur, jerawat, hirsutisme
(pertumbuhan rambut abnormal), alopesia (kebotakan) dan infertilitas, sedangkan
kelainan endokrin yang dialami meliputi peningkatan kadar hormon androgen atau testosteron,
LH (Luteinizing Hormone), estradiol
dan prolaktin dan aspek metabolik yang terjadi yaitu resistensi insulin,
ditandai dengan obesitas (kegemukan), kadar lipid yang abnormal, dan
meningkatnya risiko gangguan toleransi glukosa serta Diabetes Melitus.22
Gambar 15.
Faktor-faktor penyebab PCOS22
Setiap ovarium,
mengandung sejumlah besar folikel yaitu kantung-kantung berisi sel telur atau
ovum, setiap wanita memiliki satu siklus tertentu dimana FSH (Follicle Stimulating Hormone) akan
merangsang pematangan folikel dan selanjutnya LH merangsang pecahnya folikel
sehingga sel telur dilepaskan ke tuba falopi dan siap dibuahi. Proses pemecahan
folikel dan pelepasan ovum tersebut dinamakan proses ovulasi dan pada waktu
yang sama, estrogen (hormon dari folikel) menyebabkan endometrium (dinding
rahim) menebal untuk mempersiapkan jika ovum dibuahi (fertilisasi), kemudian jika
fertilisasi tidak terjadi endometrium akan meluruh dan menyebabkan menstruasi.22
Pada kasus PCOS seorang
wanita mengalami pematangan folikel tetapi ovulasinya gagal, sehingga ovum
tidak dilepaskan dari ovarium, dan akhirnya membentuk kista. Pada awal
pubertas, periode menstruasi mungkin berjalan normal, namun semakin lama akan
semakin jarang, atau bahkan berhenti sama sekali pada perkembangannya kedua
ovarium pun terisi dengan kista-kista kecil sehingga disebut polycystic ovary.22
Gambar 16. Hubungan perkembangan folikel pada PCOS dengan
hormon AMH, FSH, dan E2.24
Dalam jangka
panjang, terhentinya ovulasi mengakibatkan infertilitas serta kegagalan ovulasi
menyebabkan tidak ada folikel dominan yang menghasilkan estrogen, namun
meningkatkan penghasilan folikel primordial dan folikel antral kecil, sehingga
memicu dihasilkannya banyak folikel pre ovulasi. Seperti pada skema gambar 16
di atas pembentukan folikel sampai tahap preovulasi menyebabkan hormone AMH meningkat
diikuti dengan meningkatnya hormon androgen atau testosteron (hormon seks pria)
oleh E2.22
Anovulasi pada PCOS
karena terjadi peningkatan rangsangan pada sel teka ovarium. Sel teka
memproduksi androgen (testosteron dan androstenedion), sehingga hormon androgen
meningkat, kemudian disisi lain FSH yang dihasilkan relative lebih sedikit,
maka pematangan folikel terhambat sehingga sel granulose tidak mampu
mengaromatisasi androgen menjadi estrogen. Terhambatnya reaksi aromatisasi ini
menyebabkan kadar estrogen menurun dan terjadilah anovulasi.22
Selain kelainan
Endokrin, beberapa peneliti menyatakan bahwa resistensi insulin merupakan
penyebab utama PCOS. Insulin adalah hormon yang disekresikan oleh kelenjar
pankreas yang berfungsi mengolah dan memindahkan nutrisi dari sirkulasi
(peredaran darah) ke dalam jaringan. Pada resistensi insulin, kadar insulin di
dalam darah tinggi tetapi aktivitas atau kerjanya menurun. Peningkatan kadar
insulin ini, dapat merangsang peningkatan produksi hormon androgen oleh ovarium
dan dapat menimbulkan gejala klinis seperti hirsutisme dan jerawat.22
PCOS dapat
didiagnosa setelah eksklusi dari penyakit lain yang menyerupai dan dijumpainya
dua dari tiga keadaan (1) oligo atau anovulasi, (2) Tanda klinis dan /atau
biokimiawi dari hiperandrogenisme, atau (3) Ovarium Polikistik. Konsensus yang
dihasilkan dari konferensi di Rotterdam tahun 2003 diusulkan untuk memasukkan
kriteria ultrasonografi dalam mendefinisi PCOS dimana pada saat ini dianggap
sebagai yang paling spesifik, dikenal sebagai peningkatan volume ovarium
(>10 ml) dan atau dijumpainya 12 atau lebih folikel pada setiap ovarium
berukuran 2 – 9mm.23
Gambar 17. Peran
AMH dalam folikuligenesis sebagai prediksi PCOS23
Dalam
perkembangannya, upaya menegakkan diagnosis suatu penyakit dan mencapai terapi
yang efektif, dikembangkan penelitian berdasarkan proteomic analysis untuk
menemukan biomarker dan gen-gen spesifik yang terlibat dalam proses suatu
penyakit. Pada sindroma ovarium polikistik, AMH kadarnya pada pasien-pasien
PCOS terjadi peningkatan jumlahnya 2 sampai 3 kali lipat pada PCO jika
dibandingkan dengan ovarium normal (gambar 18).23
Gambar 18.
Kadar AMH pada wanita normal dan PCOS23
AMH merupakan suatu
biomarker yang akurat mencerminkan jumlah folikel antral awal di ovarium
dan mempunyai potensi diagnostic yang cepat dan akurat, dibandingkan dengan
pemeriksaan jumlah folikel antral secara USG, lebih hemat waktu, dan dapat
dilakukan sekaligus dengan pemeriksaan darah lainnya yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosa PCOS, serta akan sangat membantu pada keadaan dimana data
ultrasonografi yang akurat tidak dapat diperoleh.23
C.
Beberapa peran AMH dalam penanda diagnosa penyakit
1.
Polimorfisme
dari AMH dan AMHRII gen sebagai penyebab infertilitas
Gen AMH dan reseptor AMH yaitu AMHRII bertanggung
jawab atas jalur
transduksi sinyal AMH
serta mempunyai pengaruh terhadap tingkat fase folikular estradiol. AMH
diproduksi oleh sel granulosa pada
awal perkembangan folikel yang menunjukkan perannya selama inisiasi
pertumbuhan folikel primordial dan dalam pengaturan sensitivitas FSH.25
Seperti ditunjukkan dalam penelitian
terbaru, varian genetik dari AMH dan gen AMHRII tampaknya dikaitkan dengan
infertilitas wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa polimorfisme AMH dapat
memodifikasi aktivitas biologis hormon, memainkan peran dalam mengontrol
pertumbuhan folikel. Meskipun dalam ukuran sampel yang kecil, genotip telah
menunjukkan bahwa alel frekuensi -482 A> G, IVS 5-6 C> T, IVS 10 +77
A> G, 146T> G polimorfisme secara statistik signifikan meningkat pada
wanita infertil dibandingkan dengan kontrol. Meskipun adanya pengaruh
polimorfisme dari AMH dan AMHRII bisa mengurangi aktivitas biologis hormon,
penelitian lebih lanjut diharapkan dapat menjelaskan lebih detail infertilitas
pada wanita.25
2. Mullerian
aplasia atau Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser sindrom
Mullerian agenesis, juga bernama
Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser syndrome (MRKHS), adalah penyebab kedua yang
paling umum dari amenore primer. Meskipun etiologi sindrom tersebut masih belum
jelas, bukti menunjukkan bahwa MRKHS diturunkan genetik autosomal secara
dominan dan menyebabkan cacat pada perkembangan janin dalam saluran kelamin
perempuan. Hal ini ditandai dengan tidak adanya duktus Mullerii termasuk saluran
telur, rahim, dan bagian internal dari vagina.
Temuan ini mencerminkan penyebabnya disebabkan pada transkripsi dan
produksi protein AMH pada pasien MRKH dewasa.26,27
3. AMH sebagai
penanda tumor sel granulosa
Walaupun AMH dianggap sebagai inhibitor
kuat dalam proliferasi sel granulosa, penelitian telah menunjukkan bahwa sinyal
penghambatan fungsional hanya dalam tahap awal perkembangan tumor, tetapi tidak
ketika tumor menjadi progresif dan mencapai dimensi besar. Salah satu teori
yang mungkin adalah bahwa, pada tumor progresif, kemampuan pengikatan reseptor
AMHRII oleh ligan yang hilang dan bahwa sinyal penghambatan AMH menjadi tidak
efisien.28
E. Pengukuran AMH
AMH dapat diukur dalam serum manusia
dengan ELISA. Saat ini, dua kit tersedia secara komersial yaitu Immunotech dan Laboratorium Sistem
Diagnostik (DSL). Setiap metode menggunakan antibodi dan standar AMH berbeda,
tetapi hasilnya tidak jauh berbeda. Pengukuran AMH dalam serum memiliki
aplikasi diagnostik pada pasien dengan gangguan perkembangan seks, sebagai
biomarker (penanda) fungsi testis sebelum masa pubertas pada anak laki-laki (gambar 19) dan cadangan
folikel pada wanita
(gambar 20).8
Gambar
19. Perbandingan kadar AMH pada perkembangan usia pria (A), serta
perbandingan tingkat
ekspresi gen dan hormon dalam
diferensiasi sex pria.8,29
Gambar 20. Kriteria AMH level dalam penentuan jumlah cadangan
folikel30
F. PENUTUP
Pada wanita, AMH berperan penting dalam pengaturan
folikuligenesis dan berkaitan erat
dengan peningkatan jumlah folikel ovarium yang secara tidak langsung
menggambarkan jumlah folikel antral. Salah satu aplikasi peranan AMH adalah
sebagai indikator penuaan fungsi reproduksi wanita dan beberapa jenis manifestasi
klinis dalam kelainan reproduksi contohnya sindrom ovarium polikistik.
Kadar AMH pada
pasien PCOS mengalami peningkatan yang jumlahnya menjadi 2 sampai 3 kali lipat
pada PCOS jika dibandingkan dengan ovarium normal, sehingga pengukuran kadar
AMH menjadi salah satu pilihan awal diagnosa klinis.
Pada wanita penelitian tentang mekanisme ekspresi gen AMH
belum banyak diketahui, dibandingkan dengan perkembangan mekanisme ekspresi gen
yang dihasilkan oleh sel Sertoli pada masa diferensiasi sex pria. Oleh karena
itu hal tersebut dapat dijadikan saran dimasa mendatang adanya penelitian
tentang AMH dilihat dari aspek biologi molekuler dan perannya dalam reproduksi
wanita.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Soebijanto,
S. Kadar Anti Mullerian Hormone (AMH)
serum sebagai predictor respons ovarium pada perempuan yang mendapatkan
stimulasi ovarium pada fertilisasi invitro (FIV). Majalah Obstetri Ginekologi
Indonesia 2009;33-4:224-7.
2. Zec,
I, Tislaric, DM, Zeljka, BM, Ivana, K. Anti-Müllerian hormone: A unique biochemical
marker of gonadal development and fertility in humans. Biochemia Medica
2011;21(3):219-30.
3. Rey,
R. Céline, LC, Lasala, C, Patricia, B. AMH/MIS:
what we know already about the gene,the protein and its regulation.
Molecular and Cellular Endocrinology 211 (2003) 21–31.
4. Durlinger
ALL, Visser JA, Themmen APN. Regulation
of ovarian function: the role of anti-Mullerian
hormone.
Reproduction.2002;124, 601-609.
5. Obgynmag.
Peran Anti Mullerian Hormone terhadap
folikulogenesis. Majalah Kebidanan dan Penyakit Kandungan. Yogyakarta.
2011.
6. Salmon,NA , Handyside,
A and Ieuan M. Joyce. Oocyte regulation
of anti-
Mu¨llerian hormone expression in granulosa
cells during ovarian follicle
development in Mice. Journal Developmental Biology 266
(2004) 201– 208
7.
Pigny
P, Jonard S, Robert Y, Dewailly D. Serum
Anti-Mullerian hormone as a Surrogate for Antral Follicle Count for Definition
of the Polycystic Ovary Syndrome. The Journal of Clinical Endocrinology
& Metabolism 2006;91:941-5.
8. Rodolfo Rey, MD
.Sexual Differentiation : Chapter 7. Departamento de Histología,Biología Celular, Embriología y
Genética, Facultad de Medicina, Universidad de Buenos Aires. Buenos Aires,
Argentina.2009.
dan lain lain
bisa minta daftar pustaka yang lengkap?terima kasih
BalasHapus