Senin, 21 Oktober 2013

SUATU SENJA DI SALEMBA



 Senja sore ini begitu indah langit pun juga cerah, dengan pantulan sinar matahari yang perlahan-lahan sedang tenggelam, dan angin pun menemani sore ini dengan semilirnya  yang menerpa tubuh. Seperti biasanya di jam-jam pulang kantor aktifitas  lalu lintas dalam kondisi ramai lancar di salemba, di daerah pusat kota Jakarta seperti ini tidak ada yang tidak padat, banyak orang-orang yang menyeberang jalan di lampu merah atau yang berjalan kaki pulang dari aktifitasnya masing-masing. Aku melihat pemandangan itu dari lantai dua sebuah tempat makan di depan kampusku di spot favoritku, di pojok itu spot yang paling aku suka untuk menulis. Ternyata hari ini ada surprise dari isi kepalaku yang mengatakan kepadaku ingin berbincang denganku. “Baiklah” kataku kepada isi kepala, hari ini, esok, lusa, sama saja menurutku. Mari kita berbincang, “apa yang ingin kau diskusikan wahai teman hidupku” tanyaku kepada isi kepala. “Aku ini temanmu yang paling setia” “Aku hanya ingin bertukar fikiran saja mengenai hidupmu dan itu juga karena aku kan?” jawabnya. “Ya, aku menjalani hidupku saat ini, juga karenamu. Aku disebut manusia karenamu, aku beda dari hewan dan makhluk lainnya karenamu wahai isi kepala”, sambil ku teruskan mengetik di laptop dan si isi kepala memperhatikan jari-jariku yang sibuk menekan huruf-huruf dilaptop.
“Hei kau tahu manusia, aku berada dikehidupanmu dan menjelma menjadi penguasa hidupmu sejak kau mampu berfikir”, ungkap isi kepala. “Sejak kapan itu” jawabku. “Sejak kau mulai belajar dan mengerti mana yang baik dan benar”, jawabnya. “Berarti saatku menangis pertama kali saat ku keluar dari rahim ibuku, saatku mulai kehausan dan kelaparan mencari putting susu ibuku dan saatku bisa melangkah untuk pertama kalinya kau tidak ada?”, tanyaku padanya. “Aku sudah ada disana dikepalamu bahkan ketika kau ditiupkan ruhnya oleh Allah, tetapi kau baru menggunakanku saat kau sudah besar dan mengerti, saat kau sudah mulai berfikir, saat kau sudah mulai menjalani hidupmu bukan dalam fase anak-anak lagi, tetapi ketika kau di ajarkan oleh orangtuamu, oleh lingkungan sekitarmu, oleh gurumu, dan semua hal yang kau rekam dan kau memikirkan banyak hal yang mengandung banyak tanda tanya, disitulah aku mulai ada, aku hadir saat itu dan sampai sekarang merajaimu dan menguasai isi kepalamu”, dengan penuh semangat dia menjelaskan kepadaku.
Kemudian dia terus bercerita kepadaku dan, “Manusia, akupun tak mampu juga sendiri berdiri dan bertahan di isi kepalamu kalau saja kau tidak punya nurani, yah teman setiaku nurani yang ada di dalam hatimu, tanpa itu aku tidak bisa berjalan maksimal dalam hidupmu”. “Jika demikian aku sudah tahu bahwa memang sahabat sejatimu yang mampu membuatku menjadi pribadi manusia seutuhnya adalah KAU dan HATIKU, benar demikian”? tanyaku. “Yah, tepat sekali pemuda”, jawabnya.

“Isi kepalaku, saat senja ini aku ingin mengatakan banyak hal padamu, kau tahu kalian berdua adalah sahabatku yang paling dekat dengan nadiku. Kalian yang membuatku memikirkan banyak hal. Kalian yang buatku merasakan banyak perasaan, yang membuatku harus mengolah apa yang harus kulakukan demi hidupku, demi hidup yang kujalani. Aku tiada bedanya dengan manusia lain yang disempurnakan sehingga disebut manusia. Banyak pukulan yang sering membuatku tersadar, banyak kelalaian yang membuatku terlena, banyak perasaan yang mengeluarkan airmata jika ku tak pandai mengelola sahabatmu yaitu nuraniku”.
“Wahai fikiran, aku berusaha memberikan asupan terbaik untukmu, walaupun aku bodoh dan tidak sejenius yang lain, walaupun aku tak sebaik manusia baik lainnya, walaupun aku tak bisa mengerjakan banyak hal, tapi kuingin hidupku dengan fikiran dan nuraniku punya kualitas nomor wahid, bukan hanya sekedar kualitas murahan. Memang tak begitu banyak yang bisa kulakukan dengan waktuku yang kadang kusia-siakan. Tapi kau tau fikiran, aku selalu menerima konsekuensi dan tanggung jawab dari kecil atau besar dalam hidupku dari perbuatanku. Aku juga terpengaruh dengan “moodbooster” ku yang kadang redup dan hidup, aku juga kadang tak bisa selamatkanmu dari hal buruk dan setiap kesalahan bodoh yang kulakukan dalam hidup walaupun sahabatmu nuranimu sudah memberiku peringatan tapi masih saja kulakukan. Aku juga tak ingin menunjukkan pencitraan yang baik demi sebuah penilaian publik. Aku pun juga tak perlu menuliskan apa yang sudah kucapai dalam hidup jika itu hanya sebuah prestasi untuk ditepuk tangani oleh pemirsa kehidupan. Jika dalam kurun waktu hidupku banyak yang sudah ku lukis untuk langit sekalipun cukup sebuah pencapaian bagi diriku sendiri, untuk membuatku bertambah dewasa. Kenapa aku suka menulis, ya karena ku suka, menulis tak melulu soal bagaimana tulisan itu bagus, tapi bagaimana kita bisa bercerita tentang banyak hal yang ada dikepala kita, lagipula menulis tak hanya berorientasi memuaskan pembaca, karena ku bukan seorang penulis professional, ak menulis karena kusuka, itu saja, aku tak perlu berharap  penilaian 100% sempurna untuk sebuah tulisanku. Kemudian, kenapa ku suka membaca banyak buku dan tak pernah henti-hentinya ku baca banyak buku, dalam 1 malam pun ku selalu ditemani buku untuk menemaniku menemukan kantuk, karena buku membuatmu kaya akan kata, kaya akan pemikiran, kaya akan hati, kaya akan pengetahuan yang tak hanya berfokus pada satu titik saja, sehingga kau bisa memikirkan banyak hal dari banyak sudut pandang, kenapa kusuka membaca kisah inspiratif dan banyak buku motivasi walaupun menurut orang lain bacaan itu terlalu berat, dan menganehkan bagi sebagian orang, karena kutahu pelajaran hidup dapat kita petik dari siapapun yang pernah sukses dahulu diantara kita dan suatu pembelajaran berharga buatku bahwa kata-kata penyemangat jiwa bisa hadir dari sebuah bacaan untuk dijadikan bahan perenungan. Semalam aku menyelesaikan buku tentang 27 kisah sukses para maestro di dunia, yang bisa kuingat dan ku jadikan pelajaran hidup, bahwa kesuksesan bukan melulu soal berhasil, tapi sebuah kegagalan. Dari sana kita belajar menghargai orang lain, dari sana kita belajar merespect sekecil pekerjaan orang lain apapun hasil yang kita dapat. 1 keberhasilan di dapat dari 99 kali kegagalan, dan mereka hanya melihat keberhasilannya saja tetapi kadang  tidak pernah melihat ketika 99 kali kegagalan itu ada. Yah, seperti penilaian terhadap pekerjaan kita, seperti hanya melakukan 1 pekerjaan tapi 99 kali pekerjaan lainnya tak pernah terlihat. Kadang mereka hanya melihat bahagiaku dan semua yang kudapat, tapi tak pernah tahu saatku benar-benar bekerja untuk mendapatkannya.           
 
Untuk bahasa jiwa yang baik selalu akan mendatangkan kebaikan, seperti kataku aku memang terlahir bukan untuk disempurnakan menjadi insan sempurna, tetapi dengan penuh kebodohan, oleh karena itu kita perlu belajar, belajar dari manapun yang bisa kau dapat di universitas kehidupan. Hidup bukan untuk memuaskan para pemain dilakon panggung kehidupan, tapi hidup ditujukan untuk membahagiakan orang-orang yang kita sayang, orang-orang yang ada disekitar kita. Bahwa kita memberikan kebermanfaatan yang positif dan membahagiakan.  Jika semesta ini begitu luas diciptakan Allah, jadi tak ada yang tak mungkin Allah menjadikanmu sukses dan berhasil di masa datang dengan ke MAHA SEMESTA nya, karena apa, karena manusia adalah hal kecil yang tak terlihat jika dibandingkan galaksi Semesta. Percayalah, apapun kita hari ini, kecil dan besarnya peran dalam hidup kita tak akan pernah terlihat besar di mata SEMESTA jika kau tak bisa membahagiakan orang lain seperti Semesta alam memberikanmu sumber air untuk hidupmu, seperti semesta alam memberikan cahaya disaat kau butuh siang, dan memberikan gelap disaat kau butuh istrahat.”

Sahabatku fikiran, “disenja ini aku hanya ingin menulis ini saja, tak apalah dianggap tulisan sampah, yang pasti aku tidak pernah mengusik hidup orang lain dan mengganggu mereka, kau tahu fikiran, orang lain penting buatku, karena tanpa mereka, aku tak bisa menjalani hidupku, tanpa orang lain aku tak pernah sebahagia saatku merasa bahagia, tanpa orang lain mungkin aku tak pernah merasa sedih atau terluka, tanpa orang lain, mungkin aku tidak bisa merasakan rasanya dicintai dan merasakan mencintai, tanpa orang lain, mungkin aku hanya butiran pasir yang diinjak saat kau bermain di pantai, dan dengan orang lain pun akan ku rasakan kesuksesanku nantinya suatu saat”.
Setelah ku bercerita panjang lebar, sahabatku “fikiran”, diam sambil menatapku dengan cinta dan mengelus kepalaku dan punggungku sebagai tanda sayangnya. Kemudian fikiran berkata “Terima kasih manusia, kau sudah berusaha berjuang memberiku cinta dan melayakkan aku menjadi berkualitas di isi kepalamu…

The End*talktomyself


Tidak ada komentar:

Posting Komentar