Jumat, 28 Juni 2013

Pembelajar Sejati




Jika berbicara tentang cita-cita dan harapan seorang anak, mungkin banyak dari kita selalu mempertanyakan kepada anak-anak, apa cita-cita mereka. Dan anak-anak akan menjawabnya seperti meluluhkan kewajiban pertanyaan wajib yang harus mereka jawab setiap hari, setiap kali atau bahkan setiap mereka bertemu dengan orang dewasa yang selalu membahas bahwasanya mereka harus punya cita-cita berupa profesi pekerjaan apapun itu yang familiar dan sering didengar oleh mereka. Tapi setelah mereka beranjak remaja dimasa-masa sekolah inilah titik dimana cita-cita waktu kecil akan bertransformasi melebihi dari mimpi sewaktu kecil atau bahkan tak mengerti sama sekali akan memilih masa depan seperti apa mereka nanti. Secara psikologi perkembangan kedewasaan seseorang juga dipengaruhi oleh banyaknya pengalaman hidup yang didapat. Setiap manusia mempunyai potensi sebagai seorang pembelajar sejati, yang akan selalu mendapatkan pengalaman baru dalam kehidupannya, baik pengalaman buruk dan baik. Seperti kita ketahui bahwasanya perkembangan pemahaman hidup seseorang mulai dari masa anak-anak dimana fase anak-anak adalah fase “The Gold Brain”, anak-anak adalah peniru sejati, penanya sejati, otaknya pun terus berkembang dari apa yang dia lihat, ditanamkan dan diajarkan oleh orang tua dan lingkungan sekelilingnya. Kemudian  fase itu berubah dan berkembang dengan hadirnya dan bertambahnya pengalaman hidup baru, lingkungan baru, peran baru dalam kehidupan individu tersebut hingga akhirnya terciptalah sebuah karakter dari pribadi masing-masing dengan perbedaan pemahaman dan pemikiran.

Saat ini profesi saya adalah seorang pendidik di salah satu perguruan tinggi swasta di kota asal saya Bandar Lampung. Mengapa saya mengatakan profesi saya bukan dosen atau lecture? Karena menurut saya pendidik memiliki spektrum yang luas, memiliki pemaknaan yang tidak terbatas hanya kepada profesi mengajar tetapi lebih dari itu. Perjalanan karir saya dimulai ketika saya lulus kuliah S1 dari jurusan Biologi FMIPA UNILA tahun 2008 dan saya berhasil menyelesaikan studi S1 saya dalam kurun waktu 3 tahun 8 bulan dan mendapat predikat cumlaude. Selama kuliah 3 tahun itu saya juga banyak terlibat dalam kegiatan kampus dan memimpin organisasi menjadi ketua umum baik ditingkat organisasi jurusan maupun fakultas. Setelah ditempa kurang dari 4 tahun di bangku kuliah, saya lanjutkan pencarian pembelajaran itu dalam bidang lain yaitu dunia kerja. Saya menjadi karyawan swasta di salah satu perusahaan industri, memang berbeda secara konsep teori kuliah. Materi kuliah saya tidak digunakan sama sekali di perusahaan ini, karena saya menjabat sebagai supervisor administrasi produksi dan supervisor HRD kala itu. Lagi-lagi pengalaman organisasi dan pola pikir yang luas yang dikembangkan disini, sebuah kata pembelajar sejati memang tak pernah mati untuk saya. Setelah kurang lebih 2 tahun bekerja di perusahaan itu, zona nyaman saya pun terusik, sebuah tawaran yang datang dari dosen saya untuk menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi. Akhirnya saya keluar dari zona nyaman saya dan memulai kehidupan baru menjadi pendidik, mungkin sudah bakat alam yang ada di diri saya, kemampuan mengajar dan berbagi informasi kepada orang lain mengalir saja dengan bakat yang saya miliki, saya bisa berkembang, ilmu saya pun bertambah, saya lebih bisa mengeksplorasi diri dan bahagia jika dapat memberikan pengetahuan baru kepada siapapun termasuk ke anak didik saya.

Jika berbicara kontribusi, sebagai manusia pasti ingin menjadi manusia yang terbaik yaitu sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang memberikan banyak manfaat bagi sekitarnya. Saat semua kebutuhan manusia sudah mulai terpenuhi, manusia pun tanpa dia sadari memiliki satu kebutuhan yang dekat dengan perannya dalam lingkungannya, yaitu sebuah eksistensi diri. Sebuah pengakuan dari sosial atas peran dan fungsinya dalam hidupnya, begitu juga dengan kontribusi. Menjadi pendidik sekarang sudah menjadi bagian dari hidup saya, saya tidak membatasi mendidik anak-anak saja, remaja saja, atau mahasiswa bahkan para manula. Dalam prinsip saya mengajar, saya buang batasan subjek yang saya ajar, menurut saya mereka semua penting, saya tidak mengatakan mengajar anak-anak lebih mudah dari mengajar mahasiswa atau sebaliknya. Mereka peserta didik itu unik, punya karakteristik sendiri, dan oleh karena itu kita sebagai pendidik harus dituntut kreatif dalam menghadapi mereka untuk mencapai target pembelajaran.

Menjadi pendidik adalah kontribusi nyata saya terhadap bangsa ini, pendidikan adalah modal utama bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat dan pendidik adalah “ruh” atau “jiwa” dari pendidikan itu. Kita tahu, bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, jika pimpinan sekelas Presiden pun sulit mengatur bangsa ini wajar saja, karena kita bisa bayangkan secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau, dari sisi keanekaragaman hayatinya yang berlimpah, dari sumber daya alamnya yang merupakan sumber energi yang memiliki nilai ekonomi tinggi, apalagi dari sumber daya manusianya. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang menduduki “top five” negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Menjadi bangsa yang besar dan bermartabat bukan hanya ditentukan oleh banyaknya kekayaan alam tetapi yang paling penting adalah bagaimana mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter. Dari pentingnya mempunyai SDM berkarakter itu maka SDM tidak serta merta diciptakan lalu digunakan, tetapi mereka semua harus mengikuti proses penciptaan karakter tersebut. Siapa yang menciptakan itu semua? Pendidik lah yang menciptakan SDM yang berkarakter dan berkualitas. Pemaknaan berkarakter lebih kepada integritas sifat yang dapat mereka punya yaitu mandiri, bertanggung jawab, kreatif dan berakhlak, diharapkan mereka ini juga bermartabat dan memiliki moralitas tinggi. Kebutuhan generasi yang berkarakter saat ini merupakan harga mati dan vital bagi bangsa Indonesia dengan keadaan saat ini.

Banyak hal yang bisa saya bagi dan terapkan kepada anak didik saya mengenai kemampuan interpersonal dan kemampuan akademik yang terintegritas, artinya saya akan selalu mengedepankan untuk mengajarkan mereka mengenai pentingnya menjadi pribadi yang berkarakter dan memiliki motivasi dan tetap saya juga harus mengedepankan rencana pembelajaran perkuliahan yang ditargetkan. Tapi pada intinya saya selalu dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan bahwa kemampuan akademik juga harus didukung oleh kemampuan emosional dan spiritual sehingga diharapkan mereka memahami pentingnya kesuksesan itu berdasarkan 1 paket lengkap yaitu rohani, emosi, dan otak. Saya melanjutkan S2 ini pun dalam rangka meningkatkan kemampuan saya untuk kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, sesuai dengan ilmu dan jurusan yang saya pilih dan kembangkan. Selain kontribusi nyata terhadap bidang pendidikan dalam tri darma perguruan tinggi pun  saya diwajibkan dan dituntut untuk berkontribusi secara nyata dalam pengabdian masyarakat dan memajukan ilmu pengetahuan dalam bidang yang saya tekuni yaitu biologi kedokteran, dan kontribusi itu saya wujudkan dalam riset atau penelitian yang kajiannya lebih kepada penemuan teknologi dan pemanfaatan teknik biologi molekuler dalam deteksi penyakit khususnya dibidang reproduksi biologi.

Bidang yang saya tekuni dalam riset tesis saya kali ini adalah mengenai teknik biologi molekuler dan penemuan gen yang belum pernah ditemukan sebelumnya dalam penyakit reproduksi khususnya untuk wanita yang infertil dan sedang mengikuti program reproduksi berbantu. Selain kegiatan riset, saya juga aktif di Komunitas Kecil Penuh Semangat yang berada di Jakarta sebagai Relawan Mengajar untuk anak-anak kurang mampu dan kita bekerja sama dengan taman bacaan dan perpustakaan keliling untuk mengajar. Beberapa kali menjadi relawan mengajar untuk anak-anak yang kurang mampu, memberikan satu point penting dalam profesi saya bahwa ada suatu hal yang tidak bisa terbayar dengan apapun jika kita mau berbagi hal yang kita mampu lakukan kepada orang yang sangat membutuhkan. Dan saya sangat bahagia sekali jika saya dipanggil untuk menjadi relawan mengajar pasti saya sempatkan waktunya untuk kegiatan tersebut. Anak-anak dan peserta didik bagi saya merupakan hal yang paling berharga, mereka mengajarkan banyak hal untuk saya, sesuai dengan statement saya diawal sebagai pembelajar sejati, peserta didik itu unik dan mereka menuntut saya untuk sabar dan lebih kreatif, mereka mengajarkan saya untuk lebih tangguh dalam menghadapi banyak hal.

Setidaknya walaupun saya belum memiliki sekolah atau lembaga pengajaran, belum memiliki jam terbang dan belum berkontribusi nyata mendirikan hal-hal yang bisa dilihat secaranya nyata oleh masyarakat luas, tetapi goresan kecil saya sebagai pendidik sebagaimana peran saya saat ini, dan beberapa ide penelitian kecil saya yang saya manifestasikan ke riset tesis ini setidaknya ini adalah pahatan kecil didinding sejarah manusia. Saya yakin apapun pekerjaan kita saat ini apaun profesi kita saat ini, seperti contohnya tukang batu sekalipun mereka dan kita semua mempunyai peran diperadaban manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar