#Terima kasih kepada teman saya yang jadi inspirasi saya untuk menulis dan menjadikan ada saja hal-hal yang saya ingin share dari berbagai sumber tulisan yang saya dapat dari setiap interaksi dan masalah yang hadir dipercakapan text messaging 140 kata kita..
Tak ada orang yang tak punya masalah. Kadang, masalah itu bahkan datang sebagai beban yang seolah tak terkira beratnya. Berat dan memenuhi kepala kita. Betapa ngerinya jika beban itu tak punya kenal untuk melepaskannya. Maka ada cerita tentang orang-orang yang stress dan mengidap depresi. Tekanan itu menjadi penyakit ketika kita gagal mencari celah untuk melepaskannya. Sebenarnya banyak jalan untuk melepaskan beban, sebagaimana juga banyak pintu bagi masuknya persoalan. Dengan mengurai dan menyelesaikannya, tentu saja, itu langkah yang paling realistis. Tapi tak semua solusi segera datang. Dalam kondisi seperti ini, kita butuh banyak kanal psikologis untuk meredakan emosi. Salah satunya, dengan bercerita dan mengadu. Ya bercerita kepada orang yang benar-benar anda pecaya ataupun menuliskannya. Sebuah penelitian menunjukkan menuangkan isi perasaan, misalnya dengan menulis, dapat membantu otak mengatasi gangguan emosional dan menjaga kita merasa lebih bahagia.
Tak ada orang yang tak punya masalah. Kadang, masalah itu bahkan datang sebagai beban yang seolah tak terkira beratnya. Berat dan memenuhi kepala kita. Betapa ngerinya jika beban itu tak punya kenal untuk melepaskannya. Maka ada cerita tentang orang-orang yang stress dan mengidap depresi. Tekanan itu menjadi penyakit ketika kita gagal mencari celah untuk melepaskannya. Sebenarnya banyak jalan untuk melepaskan beban, sebagaimana juga banyak pintu bagi masuknya persoalan. Dengan mengurai dan menyelesaikannya, tentu saja, itu langkah yang paling realistis. Tapi tak semua solusi segera datang. Dalam kondisi seperti ini, kita butuh banyak kanal psikologis untuk meredakan emosi. Salah satunya, dengan bercerita dan mengadu. Ya bercerita kepada orang yang benar-benar anda pecaya ataupun menuliskannya. Sebuah penelitian menunjukkan menuangkan isi perasaan, misalnya dengan menulis, dapat membantu otak mengatasi gangguan emosional dan menjaga kita merasa lebih bahagia.
Sebuah riset yang dipublikasikan
Journal of Experimental Psychology: General (JEP: General), menunjukkan bahwa
menulis secara ekspresif bisa mengurangi pikiran yang mengganggu karena
kejadian negative, juga meningkatkan kerja memori. Peningkatakan ini, diyakini
para peneliti membebaskan sumberdaya kognitif untuk aktivitas mental lainnya.
Dalam bentuk yang sederhana
misalnya adalah bercerita dengan teman dekat. Setiap ada masalah, kita perlu
seorang biasanya teman dekat, untuk mendengarkan isi dan suasana hati kita. Tak
selalu berharap saran atau solusi, sebagian dari beban itu terasa lebih ringan.
Jadi, teman “curhat” itu memang perlu sebagai kanal psikologis kita saat punya
masalah.
Dengan bercerita, kita membagi
masalah. Masalah boleh datang menghampiri, tetapi kita selalu punya
sahabat-sahabat baik. Sahabat kita mungkin hanya diam mendengarkan, tetapi kita
yakin dia berempati dan peduli dengan apa yang kita alami. Setidaknya kita tidak
merasa sendiri. Karena alas an itu pula “BERCERITA” kini banyak dipakai sebagai
terapi orang-orang yang sakit. Dari banyak penelitian, orang mengalami
perkembangan yang signifikan dalam proses penyembuhan melalu cerita.
Lepaskan pada orang dan ruang
yang benar, masalah biasanya membuat kita galau. Entah ia sebuah beban pribadi,
entah sebuah keinginan hati, entah ia sebuah kegelisahan dari satu situasi yang
buruk. Atau apa saja yang muncul yang timbul kemudian adalah dorongan untuk
mencurahkan isi hati, perasaan dan pikiran. Melepaskannya dengan mengadu dan
bicara.
Dugaan kita, dengan mengadu dan
bicara pada orang lain perasaan kita akan lebih ringan, beban terasa berkurang.
Dan faktanya memang seringkali demikian, sehingga mengadu dan bicara dianggap
menjadi bagian dari solusi melepaskan dan meringankan apa yang bergejolak di
jiwa kita atau yang mengganjal di hati kita.
Mengadu dan bicara kepada
manusia, tidaklah salah. Untuk urusan yang sesuai dengan kapasitas manusia
memecahkannya. Namun yang harus kita sadari bahwa, tak semua manusia layak
menjadi objek mengadu dan teman bicara.
Kenapa? Sebab ternyata tak semua orang bisa menyimpan rahasia. Tak setiap orang
amanah dalam soal informasi dan berita. Tak semua orang kuat menjaga lisan.
Maka pilihlah teman yang punya ILMU. Karena dengan ILMU nya ia akan memberi
kita pencerahan. Carilah orang yang amanah, pilihlah orang yang punya empati
dan seorang pendengar yang baik, karena dengan sikapnya itu ia akan menunjukkan
pada kita akhlaknya yang baik dan sifatnya yang bijak. Manusi memang punya
sikap yang beragam.
Hindari mengadu dan bicara di ruang
umum. Ternyata mengadu dan bicara tidak hanya harus memilih orang yang tepat,
tapi juga tempat yang tepat. Mengadu di sosial media, di satu sisi mungkin
melegakan. Tapi di sisi lain ia bisa menimbulkan dampak yang belum tentu baik
untuk kita, atau untuk orang lain. Karena social media tidak disarankan untuk
dijadikan tempat curhat atau bercerita yang bersifat pribadi.
Sumber : Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar