Senja sore ini begitu indah langit pun juga cerah, dengan pantulan sinar
matahari yang perlahan-lahan sedang tenggelam, dan angin pun menemani sore ini
dengan semilirnya yang menerpa tubuh.
Seperti biasanya di jam-jam pulang kantor aktifitas lalu lintas dalam kondisi ramai lancar di
salemba, di daerah pusat kota Jakarta seperti ini tidak ada yang tidak padat,
banyak orang-orang yang menyeberang jalan di lampu merah atau yang berjalan
kaki pulang dari aktifitasnya masing-masing. Aku melihat pemandangan itu dari
lantai dua sebuah tempat makan di depan kampusku di spot favoritku, di pojok
itu spot yang paling aku suka untuk menulis. Ternyata hari ini ada surprise
dari isi kepalaku yang mengatakan kepadaku ingin berbincang denganku. “Baiklah”
kataku kepada isi kepala, hari ini, esok, lusa, sama saja menurutku. Mari kita
berbincang, “apa yang ingin kau diskusikan wahai teman hidupku” tanyaku kepada
isi kepala. “Aku ini temanmu yang paling setia” “Aku hanya ingin bertukar
fikiran saja mengenai hidupmu dan itu juga karena aku kan?” jawabnya. “Ya, aku
menjalani hidupku saat ini, juga karenamu. Aku disebut manusia karenamu, aku
beda dari hewan dan makhluk lainnya karenamu wahai isi kepala”, sambil ku
teruskan mengetik di laptop dan si isi kepala memperhatikan jari-jariku yang
sibuk menekan huruf-huruf dilaptop.
“Hei kau tahu manusia, aku berada dikehidupanmu dan menjelma menjadi
penguasa hidupmu sejak kau mampu berfikir”, ungkap isi kepala. “Sejak kapan itu”
jawabku. “Sejak kau mulai belajar dan mengerti mana yang baik dan benar”,
jawabnya. “Berarti saatku menangis pertama kali saat ku keluar dari rahim ibuku,
saatku mulai kehausan dan kelaparan mencari putting susu ibuku dan saatku bisa
melangkah untuk pertama kalinya kau tidak ada?”, tanyaku padanya. “Aku sudah
ada disana dikepalamu bahkan ketika kau ditiupkan ruhnya oleh Allah, tetapi kau
baru menggunakanku saat kau sudah besar dan mengerti, saat kau sudah mulai
berfikir, saat kau sudah mulai menjalani hidupmu bukan dalam fase anak-anak
lagi, tetapi ketika kau di ajarkan oleh orangtuamu, oleh lingkungan sekitarmu,
oleh gurumu, dan semua hal yang kau rekam dan kau memikirkan banyak hal yang
mengandung banyak tanda tanya, disitulah aku mulai ada, aku hadir saat itu dan
sampai sekarang merajaimu dan menguasai isi kepalamu”, dengan penuh semangat
dia menjelaskan kepadaku.
Kemudian dia terus bercerita kepadaku dan, “Manusia, akupun tak mampu juga
sendiri berdiri dan bertahan di isi kepalamu kalau saja kau tidak punya nurani,
yah teman setiaku nurani yang ada di dalam hatimu, tanpa itu aku tidak bisa
berjalan maksimal dalam hidupmu”. “Jika demikian aku sudah tahu bahwa memang
sahabat sejatimu yang mampu membuatku menjadi pribadi manusia seutuhnya adalah
KAU dan HATIKU, benar demikian”? tanyaku. “Yah, tepat sekali pemuda”, jawabnya.
“Isi kepalaku, saat senja ini aku ingin mengatakan banyak hal padamu, kau tahu kalian berdua adalah sahabatku yang paling dekat dengan nadiku. Kalian yang membuatku memikirkan banyak hal. Kalian yang buatku merasakan banyak perasaan, yang membuatku harus mengolah apa yang harus kulakukan demi hidupku, demi hidup yang kujalani. Aku tiada bedanya dengan manusia lain yang disempurnakan sehingga disebut manusia. Banyak pukulan yang sering membuatku tersadar, banyak kelalaian yang membuatku terlena, banyak perasaan yang mengeluarkan airmata jika ku tak pandai mengelola sahabatmu yaitu nuraniku”.
“Wahai fikiran, aku berusaha memberikan asupan terbaik untukmu, walaupun
aku bodoh dan tidak sejenius yang lain, walaupun aku tak sebaik manusia baik
lainnya, walaupun aku tak bisa mengerjakan banyak hal, tapi kuingin hidupku
dengan fikiran dan nuraniku punya kualitas nomor wahid, bukan hanya sekedar
kualitas murahan. Memang tak begitu banyak yang bisa kulakukan dengan waktuku
yang kadang kusia-siakan. Tapi kau tau fikiran, aku selalu menerima konsekuensi
dan tanggung jawab dari kecil atau besar dalam hidupku dari perbuatanku. Aku
juga terpengaruh dengan “moodbooster”
ku yang kadang redup dan hidup, aku juga kadang tak bisa selamatkanmu dari hal
buruk dan setiap kesalahan bodoh yang kulakukan dalam hidup walaupun sahabatmu
nuranimu sudah memberiku peringatan tapi masih saja kulakukan. Aku juga tak
ingin menunjukkan pencitraan yang baik demi sebuah penilaian publik. Aku pun
juga tak perlu menuliskan apa yang sudah kucapai dalam hidup jika itu hanya
sebuah prestasi untuk ditepuk tangani oleh pemirsa kehidupan. Jika dalam kurun
waktu hidupku banyak yang sudah ku lukis untuk langit sekalipun cukup sebuah
pencapaian bagi diriku sendiri, untuk membuatku bertambah dewasa. Kenapa aku
suka menulis, ya karena ku suka, menulis tak melulu soal bagaimana tulisan itu
bagus, tapi bagaimana kita bisa bercerita tentang banyak hal yang ada dikepala
kita, lagipula menulis tak hanya berorientasi memuaskan pembaca, karena ku
bukan seorang penulis professional, ak menulis karena kusuka, itu saja, aku tak
perlu berharap penilaian 100% sempurna
untuk sebuah tulisanku. Kemudian, kenapa ku suka membaca banyak buku dan tak
pernah henti-hentinya ku baca banyak buku, dalam 1 malam pun ku selalu ditemani
buku untuk menemaniku menemukan kantuk, karena buku membuatmu kaya akan kata,
kaya akan pemikiran, kaya akan hati, kaya akan pengetahuan yang tak hanya
berfokus pada satu titik saja, sehingga kau bisa memikirkan banyak hal dari
banyak sudut pandang, kenapa kusuka membaca kisah inspiratif dan banyak buku
motivasi walaupun menurut orang lain bacaan itu terlalu berat, dan menganehkan
bagi sebagian orang, karena kutahu pelajaran hidup dapat kita petik dari
siapapun yang pernah sukses dahulu diantara kita dan suatu pembelajaran
berharga buatku bahwa kata-kata penyemangat jiwa bisa hadir dari sebuah bacaan
untuk dijadikan bahan perenungan. Semalam aku menyelesaikan buku tentang 27
kisah sukses para maestro di dunia, yang bisa kuingat dan ku jadikan pelajaran
hidup, bahwa kesuksesan bukan melulu soal berhasil, tapi sebuah kegagalan. Dari
sana kita belajar menghargai orang lain, dari sana kita belajar merespect
sekecil pekerjaan orang lain apapun hasil yang kita dapat. 1 keberhasilan di
dapat dari 99 kali kegagalan, dan mereka hanya melihat keberhasilannya saja tetapi
kadang tidak pernah melihat ketika 99
kali kegagalan itu ada. Yah, seperti penilaian terhadap pekerjaan kita, seperti
hanya melakukan 1 pekerjaan tapi 99 kali pekerjaan lainnya tak pernah terlihat.
Kadang mereka hanya melihat bahagiaku dan semua yang kudapat, tapi tak pernah
tahu saatku benar-benar bekerja untuk mendapatkannya.
Untuk bahasa jiwa yang baik selalu
akan mendatangkan kebaikan, seperti kataku aku memang terlahir bukan untuk
disempurnakan menjadi insan sempurna, tetapi dengan penuh kebodohan, oleh karena
itu kita perlu belajar, belajar dari manapun yang bisa kau dapat di universitas
kehidupan. Hidup bukan untuk memuaskan para pemain dilakon panggung kehidupan,
tapi hidup ditujukan untuk membahagiakan orang-orang yang kita sayang,
orang-orang yang ada disekitar kita. Bahwa kita memberikan kebermanfaatan yang
positif dan membahagiakan. Jika semesta
ini begitu luas diciptakan Allah, jadi tak ada yang tak mungkin Allah
menjadikanmu sukses dan berhasil di masa datang dengan ke MAHA SEMESTA nya,
karena apa, karena manusia adalah hal kecil yang tak terlihat jika dibandingkan
galaksi Semesta. Percayalah, apapun kita hari ini, kecil dan besarnya peran
dalam hidup kita tak akan pernah terlihat besar di mata SEMESTA jika kau tak
bisa membahagiakan orang lain seperti Semesta alam memberikanmu sumber air
untuk hidupmu, seperti semesta alam memberikan cahaya disaat kau butuh siang,
dan memberikan gelap disaat kau butuh istrahat.”
Sahabatku fikiran, “disenja ini aku hanya ingin menulis ini saja, tak apalah dianggap tulisan sampah, yang pasti aku tidak pernah mengusik hidup orang lain dan mengganggu mereka, kau tahu fikiran, orang lain penting buatku, karena tanpa mereka, aku tak bisa menjalani hidupku, tanpa orang lain aku tak pernah sebahagia saatku merasa bahagia, tanpa orang lain mungkin aku tak pernah merasa sedih atau terluka, tanpa orang lain, mungkin aku tidak bisa merasakan rasanya dicintai dan merasakan mencintai, tanpa orang lain, mungkin aku hanya butiran pasir yang diinjak saat kau bermain di pantai, dan dengan orang lain pun akan ku rasakan kesuksesanku nantinya suatu saat”.
Setelah ku bercerita panjang lebar, sahabatku “fikiran”, diam sambil
menatapku dengan cinta dan mengelus kepalaku dan punggungku sebagai tanda
sayangnya. Kemudian fikiran berkata “Terima kasih manusia, kau sudah berusaha berjuang
memberiku cinta dan melayakkan aku menjadi berkualitas di isi kepalamu…”
The End*talktomyself
Tidak ada komentar:
Posting Komentar