Jika berbicara tentang cita-cita dan harapan seorang anak, mungkin banyak dari kita selalu mempertanyakan kepada anak-anak, apa cita-cita mereka. Dan anak-anak akan menjawabnya seperti meluluhkan kewajiban pertanyaan wajib yang harus mereka jawab setiap hari, setiap kali atau bahkan setiap mereka bertemu dengan orang dewasa yang selalu membahas bahwasanya mereka harus punya cita-cita berupa profesi pekerjaan apapun itu yang familiar dan sering didengar oleh mereka. Tapi setelah mereka beranjak remaja dimasa-masa sekolah inilah titik dimana cita-cita waktu kecil akan bertransformasi melebihi dari mimpi sewaktu kecil atau bahkan tak mengerti sama sekali akan memilih masa depan seperti apa mereka nanti. Secara psikologi perkembangan kedewasaan seseorang juga dipengaruhi oleh banyaknya pengalaman hidup yang didapat. Setiap manusia mempunyai potensi sebagai seorang pembelajar sejati, yang akan selalu mendapatkan pengalaman baru dalam kehidupannya, baik pengalaman buruk dan baik. Seperti kita ketahui bahwasanya perkembangan pemahaman hidup seseorang mulai dari masa anak-anak dimana fase anak-anak adalah fase “The Gold Brain”, anak-anak adalah peniru sejati, penanya sejati, otaknya pun terus berkembang dari apa yang dia lihat, ditanamkan dan diajarkan oleh orang tua dan lingkungan sekelilingnya. Kemudian fase itu berubah dan berkembang dengan hadirnya dan bertambahnya pengalaman hidup baru, lingkungan baru, peran baru dalam kehidupan individu tersebut hingga akhirnya terciptalah sebuah karakter dari pribadi masing-masing dengan perbedaan pemahaman dan pemikiran.
Saat ini profesi saya adalah seorang pendidik di salah satu perguruan
tinggi swasta di kota asal saya Bandar Lampung. Mengapa saya mengatakan profesi
saya bukan dosen atau lecture? Karena
menurut saya pendidik memiliki spektrum yang luas, memiliki pemaknaan yang
tidak terbatas hanya kepada profesi mengajar tetapi lebih dari itu. Perjalanan
karir saya dimulai ketika saya lulus kuliah S1 dari jurusan Biologi FMIPA UNILA
tahun 2008 dan saya berhasil menyelesaikan studi S1 saya dalam kurun waktu 3
tahun 8 bulan dan mendapat predikat cumlaude. Selama kuliah 3 tahun itu saya
juga banyak terlibat dalam kegiatan kampus dan memimpin organisasi menjadi
ketua umum baik ditingkat organisasi jurusan maupun fakultas. Setelah ditempa
kurang dari 4 tahun di bangku kuliah, saya lanjutkan pencarian pembelajaran itu
dalam bidang lain yaitu dunia kerja. Saya menjadi karyawan swasta di salah satu
perusahaan industri, memang berbeda secara konsep teori kuliah. Materi kuliah
saya tidak digunakan sama sekali di perusahaan ini, karena saya menjabat
sebagai supervisor administrasi produksi dan supervisor HRD kala itu. Lagi-lagi
pengalaman organisasi dan pola pikir yang luas yang dikembangkan disini, sebuah
kata pembelajar sejati memang tak pernah mati untuk saya. Setelah kurang lebih
2 tahun bekerja di perusahaan itu, zona nyaman saya pun terusik, sebuah tawaran
yang datang dari dosen saya untuk menjadi dosen di salah satu perguruan tinggi.
Akhirnya saya keluar dari zona nyaman saya dan memulai kehidupan baru menjadi
pendidik, mungkin sudah bakat alam yang ada di diri saya, kemampuan mengajar
dan berbagi informasi kepada orang lain mengalir saja dengan bakat yang saya
miliki, saya bisa berkembang, ilmu saya pun bertambah, saya lebih bisa
mengeksplorasi diri dan bahagia jika dapat memberikan pengetahuan baru kepada
siapapun termasuk ke anak didik saya.
Jika berbicara kontribusi, sebagai manusia pasti ingin menjadi manusia yang
terbaik yaitu sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang memberikan banyak
manfaat bagi sekitarnya. Saat semua kebutuhan manusia sudah mulai terpenuhi,
manusia pun tanpa dia sadari memiliki satu kebutuhan yang dekat dengan perannya
dalam lingkungannya, yaitu sebuah eksistensi diri. Sebuah pengakuan dari sosial
atas peran dan fungsinya dalam hidupnya, begitu juga dengan kontribusi. Menjadi
pendidik sekarang sudah menjadi bagian dari hidup saya, saya tidak membatasi
mendidik anak-anak saja, remaja saja, atau mahasiswa bahkan para manula. Dalam
prinsip saya mengajar, saya buang batasan subjek
yang saya ajar, menurut saya
mereka semua penting, saya tidak mengatakan mengajar anak-anak lebih mudah dari
mengajar mahasiswa atau sebaliknya. Mereka peserta didik itu unik, punya
karakteristik sendiri, dan oleh karena itu kita sebagai pendidik harus dituntut
kreatif dalam menghadapi mereka untuk mencapai target pembelajaran.
Menjadi pendidik adalah kontribusi nyata saya terhadap bangsa ini,
pendidikan adalah modal utama bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat
dan pendidik adalah “ruh” atau “jiwa” dari pendidikan itu. Kita tahu, bahwa
bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, jika pimpinan sekelas Presiden pun
sulit mengatur bangsa ini wajar saja, karena kita bisa bayangkan secara geografis
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau, dari sisi keanekaragaman hayatinya
yang berlimpah, dari sumber daya alamnya yang merupakan sumber energi yang memiliki nilai ekonomi tinggi, apalagi dari sumber daya manusianya.
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang menduduki “top five” negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Menjadi
bangsa yang besar dan bermartabat bukan hanya ditentukan oleh banyaknya
kekayaan alam tetapi yang paling penting adalah bagaimana mempunyai sumber daya
manusia yang berkualitas dan berkarakter. Dari pentingnya mempunyai SDM
berkarakter itu maka SDM tidak serta merta diciptakan lalu digunakan, tetapi
mereka semua harus mengikuti proses penciptaan karakter tersebut. Siapa yang
menciptakan itu semua? Pendidik lah yang menciptakan SDM yang berkarakter dan
berkualitas. Pemaknaan berkarakter lebih
kepada integritas sifat yang dapat mereka punya yaitu mandiri, bertanggung
jawab, kreatif dan berakhlak, diharapkan mereka ini juga bermartabat dan
memiliki moralitas tinggi. Kebutuhan generasi yang berkarakter saat ini
merupakan harga mati dan vital bagi bangsa Indonesia dengan keadaan saat ini.
Banyak hal yang bisa saya bagi dan terapkan kepada anak didik saya mengenai
kemampuan interpersonal dan kemampuan akademik yang terintegritas, artinya saya
akan selalu mengedepankan untuk mengajarkan mereka mengenai pentingnya menjadi
pribadi yang berkarakter dan memiliki motivasi dan tetap saya juga harus
mengedepankan rencana pembelajaran perkuliahan yang ditargetkan. Tapi pada
intinya saya selalu dituntut untuk kreatif dalam menyampaikan bahwa kemampuan
akademik juga harus didukung oleh kemampuan emosional dan spiritual sehingga
diharapkan mereka memahami pentingnya kesuksesan itu berdasarkan 1 paket
lengkap yaitu rohani, emosi, dan otak. Saya melanjutkan S2 ini pun dalam rangka
meningkatkan kemampuan saya untuk kejenjang pendidikan yang lebih tinggi, sesuai
dengan ilmu dan jurusan yang saya pilih dan kembangkan. Selain kontribusi nyata
terhadap bidang pendidikan dalam tri darma perguruan tinggi pun saya diwajibkan dan dituntut untuk
berkontribusi secara nyata dalam pengabdian masyarakat dan memajukan ilmu pengetahuan
dalam bidang yang saya tekuni yaitu biologi kedokteran, dan kontribusi itu saya
wujudkan dalam riset atau penelitian yang kajiannya lebih kepada penemuan
teknologi dan pemanfaatan teknik biologi molekuler dalam deteksi penyakit
khususnya dibidang reproduksi biologi.
Bidang yang saya tekuni dalam riset tesis saya kali ini adalah mengenai
teknik biologi molekuler dan penemuan gen yang belum pernah ditemukan
sebelumnya dalam penyakit reproduksi khususnya untuk wanita yang infertil dan
sedang mengikuti program reproduksi berbantu. Selain kegiatan riset, saya juga
aktif di Komunitas Kecil Penuh Semangat yang berada di Jakarta sebagai Relawan
Mengajar untuk anak-anak kurang mampu dan kita bekerja sama dengan taman bacaan
dan perpustakaan keliling untuk mengajar. Beberapa kali menjadi relawan
mengajar untuk anak-anak yang kurang mampu, memberikan satu point penting dalam
profesi saya bahwa ada suatu hal yang tidak bisa terbayar dengan apapun jika kita mau berbagi hal yang kita mampu lakukan
kepada orang yang sangat membutuhkan. Dan saya sangat bahagia sekali jika saya
dipanggil untuk menjadi relawan mengajar pasti saya sempatkan waktunya untuk
kegiatan tersebut. Anak-anak dan peserta didik bagi saya merupakan hal yang
paling berharga, mereka mengajarkan banyak hal untuk saya, sesuai dengan
statement saya diawal sebagai pembelajar sejati, peserta didik itu unik dan
mereka menuntut saya untuk sabar dan lebih kreatif, mereka mengajarkan saya
untuk lebih tangguh dalam menghadapi banyak hal.
Setidaknya walaupun saya belum memiliki sekolah atau lembaga pengajaran,
belum memiliki jam terbang dan belum berkontribusi nyata
mendirikan hal-hal yang bisa dilihat secaranya nyata oleh masyarakat luas,
tetapi goresan kecil saya sebagai pendidik sebagaimana peran saya saat ini, dan
beberapa ide penelitian kecil saya yang saya manifestasikan ke riset tesis ini
setidaknya ini adalah pahatan kecil didinding sejarah manusia. Saya yakin
apapun pekerjaan kita saat ini apaun profesi kita saat ini, seperti contohnya
tukang batu sekalipun mereka dan kita semua mempunyai peran diperadaban
manusia.